Etika Berpromosi

Persaingan dunia usaha kadang 'memaksa' orang untuk melakukan segal acara untuk mempromosikan produkny. Apalagi di pasar Potensial dengan kondisi persaingan sempurna. Pasar dengan barrier to entry yang rendah, tanpa korup dari lembaga apa saja baik legislator maupun eksekutor. Persaingan sepenuhnya ditentukan oleh kualitas dan proporsinya terhadap harga. Ditambah dengan teknik marketing yang kian berkembang dan memanfaatkan segala segi yang diperkenankan secara hukum. Dalam kondisi persaingan seperti itu promosi adalah salah satu senjata utama para pelaku dunia usaha.

Etika berpromosi kadang dilanggar. Meskipun sebenarnya bukan pelanggaran tapi hanya 'lain' dari biasanya. Contoh promosi yang rada aneh adalah mengekspos kelemahan pesaing. Kadang-kadang sampai pada tingkat menyebut merek saingan atau setidaknya menyebut ciri-ciri pesaing dan mengeksplor kekurangannya. Perhatikan iklan layanan telepon non kabel sekarang ini. Para peserta persaingan tidak sungkan lagi menyebutkan kelemahan-kelemahan pesaing. Dari keterbatasan jangkauan pelayanan, tarif, dan 'penipuan' iklan pesaing. Padahal tentu saja promosi yang jor-joran akan memakan biaya tinggi yang pada saatnya adalah beban bagi para konsumen. Tidak berlebihan jika patut dicurigai bahwa sebenarnya harga pokok produk tersebut jauh dibawah harga jualnya, karena konsumen menanggung biaya promosi yang sangat besar.
Cara berpromosi yang juga patu diragukan standar etikanya adalah mengeksplor kelebihan produk secara berlebihan. Produk yang biasa-biasa saja dipromosikan sampai terbentuk kesan menjadi produk yang luar biasa hebat. Contoh yang paling gampang adalah iklan-iklan di dunia internet yang tidak jelas format produknya tapi dengan bombastis disulap menjadi produk yang sangat profitable. Sampai-sampai ada yang mengiklankan skrip program yang dikatakan sistem mesin pintar: Pengguna produk ini tinggal membeli lalu utak-atik sedikit, keluar modal untuk membeli domain dan menyewa hosting, lantas tinggal tidur dan menunggu uang masuk dengan deras. Juataan rupiah perhari hanya dengan membeli hak afiliasi dan beberapa ebook (buat yang pernah terlibat dalam 'bisnis' seperti ini pasti pernah merasakan betapa sampah ebook bonus yang dikatakan berharga ratusan ribu, ternyata berceceran di internet dapat di download dengan free dan legal.
Cara yang patut dipertanyakan lainnya adalah mengekspos hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan produk seperti memajang model cantik dan sintal untuk iklan mobil. Sama sekali tidak ada kaitan langsung antara model iklan dengan produk. Contoh lainnya adlah menggunakan anak-anak (dan sudah terkenal) untuk mempromosikan produk tertentu dengan memperlihatkan bahawa anak tersebut menyukai produknya. Padahal semua tahu anak-anak tidak punya pertimbangan ekonomis layaknya orang dewasa yang bisa memutuskan dengan menggunakan logika.
Namun keanehan tersebut hanya terjadi di awal penayangan, atau kesan yang timbul kepada para voluntir promosi. Promosi-promosi berikutnya (yang meniru gaya beriklan atau berpromosi) tidak lagi dirasakan melanggar etika. Jadi hal yang wajar-wajar saja. Etika memang berubah sesuai dengan opini umum yang terbentuk di kepala khalayak.
Jadi etis atau tidak etis hanya soal waktu. Sekarang tidak etis, nanti sore bakal berubah menjadi wajar dan layak. Itu biasa terjadi di dunia yang peran media begitu besar hingga lebih tinggi dari Undang-undang resmi yang dibuat parlemen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan komen apa saja terimakasih
NegeriAds.com solusi Berpromosi